Semua bermula di SMAN 3 Depok.
Saat itu, Syifa masih di kelas X sedangkan Ariiq duduk di kelas XI, keduanya sama-sama aktif di Rohis — wadah yang mempertemukan dua langkah dalam satu niat kebaikan. Bagi Syifa, Ariiq adalah sosok kakak kelas yang dikenal aktif dan bertanggung jawab, dan salah satu kepala divisi di rohis yang terlihat tenang dan fokus menjalankan amanahnya. Tidak ada momen istimewa di antara mereka, hanya sekilas pertemuan dan interaksi sederhana yang berlalu begitu saja. Namun di balik beberapa momen tersebut, Allah SWT menghadirkan perasaan yang tidak biasa di hati Ariiq kepada Syifa —karena lembut kepribadiannya dan ketenangan sikapnya, tanpa Syifa ketahui. Tidak ada usaha untuk memvalidasi perasaan itu, selain berdoa kepada-Nya dan terus berikhtiar memperbaiki diri, baik secara akademik maupun pribadi.

Suatu hari, Ariiq mengirimkan bingkisan lebaran sekaligus ucapan ulang tahun untuk Syifa. Isyarat sederhana, tapi cukup untuk membuat Syifa menyadari ada sesuatu yang berbeda di balik perhatian itu. Meski begitu, Ia tidak berasumsi lebih, tidak mendahului takdir. Sebulan kemudian, Ariiq menyampaikan niat baiknya untuk ta'aruf dengan Syifa. Proses saling mengenal yang penuh doa, pertimbangan, dan bimbingan keluarga dan orang yang mereka percayai. Proses yang mengajarkan bahwa cinta yang baik bukan sekedar perasaan, melainkan tentang langkah bersama untuk meraih ridha-Nya.

Dari masa yang tak terduga, dari kisah yang tumbuh perlahan, akhirnya Allah pertemukan dua langkah yang pernah sejalan dalam dakwah, kini sejalan menuju rumah tangga. Dengan penuh syukur, memulai kisah baru ini —sebuah pernikahan yang diniatkan sebagai ibadah, tempat berlabuh dan menyatunya dua doa yang dahulu terpisah.